ISLAM DI ANDALUSIA PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DAN
KEMUNDURAN ISLAM DI ANDALUSIA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
individu dalam Mata Kuliah‘Sejarah Peradaban Islam
Disusunoleh :
Dede Fatchuroji
JURUSAN PAI / 1
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2016
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, izinkan penulis memanjatkan rasa syukur yang
mendalam kepada Allah SWT yang senantiasa membukakan pikiran dan hati untuk
terus berjuang dalam menegakakan agama-Nya serta makalah yang membahas tentang
Islam Di Andalusia Perkembangan Peradaban Islam Dan Kemunduran Islam Di
Andalusia, dapat penulis selesaikan.
Shalawat serta salam tak pernah putus kita sampaikan kepada pimpinan sekaligus
guru peradaban dunia Nabi Muhammad SAW yang banyak memberikan keteladanan dalam
berfikir dan bertindak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak dan rekan-rekan yang
membantu penulis dalam memberikan masukan dan pendapat terhadap makalah
ini.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kepada para pembaca dan para pakar di mohon saran
dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah dan guna
meningkatkan kualitas dari makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, masyarakat dan bangsa.
Serang, 15 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
i
DAFTAR ISI........................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
1
A.
Latar Belakang........................................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah...................................................................................................
1
C.
Tujuan Penulisan.....................................................................................................
1
BAB II ISLAM DI ANDALUSIA PERKEMBANGAN
PERADABAN ISLAM DAN KEMUNDURAN ISLAM DI ANDALUSIA.......................................................................................................................
2
A.
Sejarah Singkat Masuknya Islam Di Andalusia.................................................
2
B.
Perkembangan
Islam Di Spanyol..........................................................................
3
C.
Kemajuan Peradaban Islam Di Andalusia..........................................................
9
D.
Penyebab
Kemunduran Dan Kehancuran ........................................................ 14
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
17
A.
SIMPULAN.............................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dengan
pemeluk terbesar di dunia. Islam pernah mengalami masa-masa keemasan dengan
menguasai wilayah tiga perempat bumi ini. Salah satu wilayah yang dikuasai
orang Islam yaitu Spanyol (Andalusia). Wilayah yang membuat Islam dikenal di dunia
Barat. Wilayah yang mempengaruhi negara-negara eropa menjadi maju.
Keberadaan Islam di Spanyol bermula saat Musa mengutus
Tharif bin Ziyad untuk memasuki wilayah jabal thariq pada tahun 711 M. Pada
tahun 713 M Seville dapat ditaklukkan dan Musa Bin Nushair pun di panggil
pulang ke Damaskus untuk mendapatkan penghargaan atas usahanya. Dalam berbagai
hal, Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di Spanyol, yaitu dalam bidang
Sains, Fiqh, Filsafat, Kesenian, dan sastra. Hal ini diraih selama 7 abad yaitu
abad ke 8 – 15 M.
Namun, sebuah peradaban akan selalu mengalami pasang
surut. Begitu juga Islam di Spanyol. Ada berbagai hal yang membuat peradaban
Islam di Spanyol mengalami keruntuhan. Namun keruntuhan Islam di Spanyol memberikan
sumbangsih yang sangat besar terhadap kemajuan Eropa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
masuknya Islam dan perkembangannya di Spanyol ?
2. Apa saja kemajuan yang dicapai oleh Islam selama berada di Spanyol ?
3. Apa penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol ?
C. Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu
1.
Untuk
mengetahui masuknya Islam dan perkembangannya di Spanyol
2. Untuk mengetahui kemajuan yang dicapai oleh Islam selama berada di Spanyol ?
3. Untuk mengetahui kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol
BAB II
ISLAM DI ANDALUSIA PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM
DAN KEMUNDURAN ISLAM DI ANDALUSIA
A. Sejarah Singkat Masuknya Islam Di Andalusia
Sebelum menaklukkan
Spanyol, umat Islam terlebih dahulu menguasai Afrika Utara dan
menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayyah. Penguasaan
sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada zaman Khalifah Abdul Malik (685 – 705
M). Afrika Utara dipimpin oleh seorang gubernur, yaitu Husna Ibn Nu’man,
kemudian diganti oleh Musa bin Nusyair. Tampaknya, tujuan umat Islam menguasai
Afrika Utara adalah membuka jalan untuk mengadakan ekspedisi lebih besar ke
Spanyol, karena dari Afrika Utara itulah, ekspedisi ke Spanyol lebih mudah
dilakukan.
Ekspedisi umat Islam ke
Spanyol terjadi pada masa Al – Walid menjabat menjadi Khalifah (705 – 715 M).
Al – Walid mengijinkan gubernurnya untuk mengirimkan pasukan militer ke
Spanyol. Pada awalnya, Musa bin Nusyair mengutus Tharif bin Malik untuk
memimpin pasukan ekspedisi yang bertujuan menjajagi daerah – daerah sasaran. Musa
bin Nusyair menugaskan Thariq bin Ziyad memimpin 7.000 pasukan. Tentara
tersebut sebagian besar terdiri dari orang Barbar. Pada tahun 711M, Thariq
berlayar melalui laut tengah menuju daratan Spanyol dan berhasil mendarat
di sebuah bukit yang kemudian diberi nama Gibraltar ( Jabal Thariq ).
Ketika Roderik
mengetahui bahwa Thariq dan pasukannya telah memasuki negeri Spanyol, ia
mengumpulkan pasukan penangkal sejumlah 25.000 tentara. Mengetahui jumlah musuh
yang jauh berbeda, Thariq meminta bantuan kepada Musa bin Nusyair, akhirnya
Thariq mendapat tambahan pasukan sebanyak 12.000 tentara.
Pada hari minggu
tanggal 18 juli 711 M, kedua pasukan bertemu di danau janda dekat mulut
sungai Barbate. Pertempuan berlangsung selama 8
hari dan kemenangan berada dipihak Thariq. Tentara Thariq dalam pertempuran itu
mendapat bantuan dari tentara Roderik yang membelot, Thariq kemudian
melanjutkan penaklukan ke Toledo. Kemudian Archidona dan Granada dapat
ditundukkan, dan satu detasemen yang dipimpin oleh Mughir Ar – Rumi dapat
menaklukkan kota Cordova yang kemudian dijadikan ibu kota pemerintahan Islam.
Kedatangan Islam sudah
tentu membawa kultur baru yang memperkaya Spanyol pada umumnya. Oleh karena
itu, akhirnya Spanyol (Andalusia) menjadi salah satu pusat peradaban dunia, mengimbangi
kejayaan Dinasti Umayyah di Damsyik (Damaskus) dan Dinasti Abbasiyah di
Baghdad. Tak salah apabila di katakan Andalusia turut berperan merintis jalan
menuju zaman Renaisans di Eropa.
Setelah Spanyol dan
kota – kota pentingnya jatuh ke tangan Umat Islam, sejak saat itu secara
politik Spanyol berada di bawah kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dan untuk
memimpin wilayah baru tersebut, pemerintah pusat yang berpusat di Damaskus
mengangkat seorang wali ( gubernur ).
Dalam melakukan
ekspansi di Spanyol, umat Islam dapat dengan mudah meraih kemenangan sehingga
dalam kurun waktu yang relatif singkat, umat Islam dapat menguasai Spanyol. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi umat Islam atas penguasaan di Spanyol.
Pertama, sikap penguasa Ghotic - sebutan lazim kekuasaan
Visighotie yang tidak toleran terhadap aliran agama yang
berkembang saat itu. Penguasa Visighotie memaksakan aliran agamanya kepada
masyarakat. Penganut aliran Yahudi yang merupakan aliran terbesar dari
masyarakat Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen, dan mereka yang
tidak bersedia akan disiksa dan dibunuh.
Kedua, perselisihan antara
raja Roderick dan Witiza (wali kota Toledo), di satu pihak dan ratu Julian di
pihak lain. Oppas dan Achila, kakek dan anak Witeza, menghimpun kekuataan untuk
menjatuhkan Roderick, bahkan berkoalisi dengan kaum muslimin di Afrika Utara. Demikian pula,
Ratu Julian, ia bahkan memberi pinjaman 4 buah kapal yang di pakai oleh Tharif,
Thariq dan Musa.
Ketiga, faktor lain yang tak
kalah pentingnya adalah
bahwa tentara Roderick tidak mempunyai semangat perang.[1]
B. Perkembangan Islam Di Spanyol
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol, hingga jatuhnya
kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa
itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui
umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode[2], yaitu:
1. Periode Pertama ( 711 – 755 M)
Pada masa ini, Spanyol
berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik Spanyol belum tercapai
secara sempurna, gangguan– gangguan masih sering terjadi baik datang dari dalam
maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elit
penguasa, terutama akibat dari perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu,
terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara
yang berpusat di Kairawan. Masing – masing mengaku bahwa, merekalah yang paling
berhak menguasai daerah Spanyol. Oleh karena itu terjadi dua puluh
kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat.
Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara.
Hal ini ada hubungan dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar ala Afrika Utara dan Arab.
Di dalam etnis Arab
sendiri, terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara) dan suku
Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering kali menimbulkan konflik
politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di
Spanyol pada saat itu tidak ada Gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya
untuk jangka waktu yang agak lama.
Gangguan dari luar
datang dari sisa – sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah
– daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam.
Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun,
akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol.
Karena seringnya terjadi
konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode
ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan dibidang peradaban dan
kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd Al – Rahman Al – Dakhil ke
Spanyol pada tahun 138/755 M[3].
2. Periode Kedua ( 755 – 912 M)
Pada periode ini,
Spanyol berada di bawah pemerintahan seseorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi
tidak tunduk pada pemerintahan Islam ketika itu di pegang oleh Khalifah
Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I, yang memasuki Spanyol
tahun 138 H/755M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Dia adalah
keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbasiyah, ketika
Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya ia
berhasil mendirikan Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa – penguasa Spanyol pada
periode ini adalah Abd Al–Rahman Al–Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd Al – Rahman
Al – Autsath, Muhammad ibn Abd Al – Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah
ibn Muhammad. Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan –
kemajuan, baik dalam bidang politik maupun peradaban. Abd Al Rahman Al Dakhil
mendirikan masjid Cordova dan sekolah – sekolah di kota – kota besar Spanyol.
Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam dan Hakam dikenal sebagai
pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakasai tentara bayaran di
Spanyol.
Sedangkan Abd Al-Rahman Al-Ausath dikenal sebagai
pemimpin yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini,
terutama di zaman Abdurrahman Al-Ausath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam
lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol
mulai semarak.
Sekalipun demikian,
berbagai ancaman dan kerusuhan seringkali terjadi. Pada pertengahan abad ke-9, stabilitas negara
terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan (Martyrdom). Namun, gereja kristen
lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena
pemerintahan Islam mengembangkan pemerintahan bebas beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan
memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu,
mereka diperbolehkan mendirikan gereja baru, biara – biara di samping rahib
atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan
pada instansi militer.
Gangguan politik yang
lebih serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan
pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung
selama 80 tahun. Di samping itu, sejumlah orang merasa tidak puas
membangkitkan revolusi. Yang terpenting di antaranya adalah pemberontakan yang
dipimpin oleh Hafsun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang – orang Barbar dan orang – orang Arab
masih sering terjadi.[4]
3. Periode Ketiga ( 912 – 1013
M)
Pemerintahan ini
dimulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja
kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk
Al Thawaif. Pada periode ini, Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar
Khalifah, penggunaan gelar Khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai
kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di
Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya,
keadaan ini menunjukkan bahwa keadaan pemerintahan Abbasiyah sedang berada
dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat
untuk memakai gelar Khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah
selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai sejak tahun 929 M.
Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu
Abdurrahman Al-Nasir (912 – 961 M), Hakam II (961 – 976 M), dan Hisyam II (976 – 1009 M).
Pada periode ini, umat
Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi kedaulatan Bani
Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman Al Nasir mendirikan Universitas di Cordova.
Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor
buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati
kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran
Khalifah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta ketika berusia
11 tahun. Pada tahun 981 M, khalifah menunjuk Ibn Abi ‘Amir sebagai pemegang
kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan
kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan
– rekan dan saingan – saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya ia mendapat
gelar Al Mansyur Billah. Ia wafat
pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya Al Muzaffar, yang masih dapat
mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008
M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memilki kualitas dalam jabatan itu.
Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan
akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M Khalifah mengundurkan diri.
Beberapa orang yang mencoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup
memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M Dewan Menteri yang memerintah
Cordova menghapuskan jabatan Khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam
banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu[5]
4. Periode Keempat ( 1013 – 1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah lebih
dari tiga puluh negara kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan Al Mulukth Thawaif, yang
berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan
sebagainya. Yang terbesar di antaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada masa
ini pemerintahan Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya,
kalau terjadi perang saudara, salah satu pihak ada yang meminta bantuan pada
raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan
politik Islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang Kristen pada masa ini
mulai membuat inisiatif penyerangan. Meskipun, kehidupan politik tidak stabil,
namun, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini.
Istana-istana mendorong pada sarjana dan sastrawan untuk mendapat perlindungan
dari istana satu ke istana lain
5. Periode Kelima (
1086 – 1235 M )
Pada periode ini,
Spanyol Islam walaupun masih terpecah dalam beberapa negara tetapi terdapat
satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Dinasti Murabithun
(1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabitun pada
mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di
Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan kerajaan yang berpusat
di Marakeys. Ia masuk ke Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa Islam di
sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negerinya dari serangan
orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan
pasukan Castilia. Karena perpecahan dikalangan raja-raja muslim, Yusuf
melangkah untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu.
Akan tetapi,
penguasa-penguasa setelah Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143
M kekuasaan Dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun Di Spanyol dan digantikan
oleh Dinasti Muwahhidun. Pada masa Dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke
tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal Dinasti
ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung
tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa Dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika
Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tuwart (w.
1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd Al Mun’im antara
tahun 1115 dan 1154 M, kota-kota Muslim penting seperti Cordova, Almeria dan
Granada jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini
mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan
tetapi, tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun
1212 M, tentara Kristen mendapat kemenangan besar di Las Navas de Tolesa.
Kekalahan-kekalahan
Muwahhidun terhadap Kristen membuat Muwahhidun memilih untuk meninggalkan
Spanyol dan kembali ke Afrika Utara pada tahun 1235M. Keadaan Spanyol kembali
runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam keadaan demikian, umat
Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan umat Kristen yang semakin
besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan Kristen dan Seville jatuh pada
tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.[6]
6. Periode Keenam ( 1232
– 1492 M)
Pada masa ini Islam
berkuasa hanya di daerah Granada, di bawah Dinasti Bani Ahmar (1232-1492M).
Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti pada zama Abdurrahman Al-Nasir.
Akan tetapi, secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah kecil.
Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir. Karena perselisihan
orang – orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu
Abdullah Muhammmad merasa tidak senang pada ayahnya, karena menunjuk anaknya
yang lain yang menjadi penggantinya sebagai raja. Dia memberontak dan berusaha
merebut kekuasaan.
Dalam pemberontakan itu
ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad Ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian
meminta bantuan kepada Ferdinand dan Issablla untuk menjatuhkannya. Dua
penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik
tahta.
Tentu saja, Ferdinand dan Issabella yang
mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup
merasa puas, keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol.
Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang-orang Kristen tersebut
dan akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan
Issabella, kemudian hjrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1429 M. Umat Islam setelah itu
dihadapkan pada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol.
Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini[7]
C. Kemajuan Peradaban Islam Di Andalusia
Dalam masa lebih dari
tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya
di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan, pengaruhnya membawa Eropa
dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
1. Kemajuan Intektual
Spanyol adalah negeri
yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya
banyak menghasilkan pemikir.
Masyarakat Spanyol
Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab
(Utara dan Selatan), al-muwalladun (orang-orang
Spanyol yang masuk Islam, barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara),
al-shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi
tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara
bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih
menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberi saham
intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan
kebangkitan ilmiah, sastra dan pembangunan fisik di Spanyol.
a. Filsafat
Islam di Spanyol telah
mencatat satu lembaran yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia
berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani ke
Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat ilmu pengetahuan mulai dikembangkan
pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad
ibn Abdurrahaman(832-886M).[8]
Atas inisiatif Al-Hakam
(961-976M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari timur dalam jumlah
besar. Sehingga Cordova dengan perpustakaan dan Universitas-universitasnya
mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat pengetahuan di dunia Islam. Apa yang
dilakukan oleh para pemimpin Dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan
persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam
sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn Al-Sayigh yang lebih
dikenal dengan ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa dan ia pindah ke Seville dan
Granada. Meninggal karena keracunan di fez tahun 1138M dalam usia yang masih
muda. Seperti Al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya
bersifat etis dan eskatologis.
Tokoh utama kedua
adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di
sebelah timur Granada, dan wafat pada usia lanjut tahun 1185M. Ia banyak
menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang
sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 menjadi
saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat
dalam Islam, yaitu ibn Rusydi dari Cordova. Ia lahir pada tahun 1128 M dan
meninggal tahu 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan
naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah
menahun tentang keserasian antara filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh,
karyanya adalah Bidayah al-Mujtahid.[9]
b. Sains
Ilmu-ilmu kedokteran,
musik, astronomi, kimia dan lain sebagainya juga berkembang dengan baik. Abbas
ibn Farnas termasyhur dalam bidang kimia dan astronomi. Ia adalah orang pertama yang
menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya An-Naqash terkenal dalam
ilmu astronomi. Ia dapat menemukan waktu kapan terjadinya gerhana matahari dan
menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat
menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Abbas ibn Ibas dari Cordova
adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan bint Abu Ja’far dan
saudara perempuan Al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dalam kalangan
wanita.
Dalam bidang sejarah
dan geografi wilayah Islam bagian barat banyak melahirkan pemikir terkenal. Ibn
Jubair dari Valensia (1145-1228M) menulis tentang negeri-negeri Muslim
Mediterania dan Sicilia dan Ibn Bathutah dari Tangier (1304-1377M) mencapai
Samudera pasai dan Cina. Ibn Al-Khatib (1317-1374M) menyusun riwayat Granada,
sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat
tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama
besar dalam bidang sains.
c. Fiqh
Dalam bidang fiqih,
Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan
mazhab ini adalah Ziyad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan
oleh ibn Yahya yang menjadi qadhi pada
masa Hisyam ibn Abdurrahamn. Ahli-ahli fiqih lainnya antara lain adalah Abu
Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id Al-Baluthi, dan Ibn Hazm yang terkenal.
d. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya
Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan
dan penjamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya.ia juga
terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada
anak-anaknya, baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga
kemasyhurannya tersebar luas.
e. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah
menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat
diterima oleh orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol
menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang mahir dan ahli
berbahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu
antara lain: Ibn Sayyidih, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan ibn Usfur, dan Abu
Hayyan Al Garnathi.
Seiring dengan kemajuan
bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti: Al-Iqd Al-farid karya Ibn Abd Rabbih, al-dzakirah fi mahasin ahl al-jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-qalaid buahkarya Al-Fath ibn
Khaqan, dan banyak lagi yang lain[10]
f. Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan
fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan,
jalan-jalan dan pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi
baru duperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam,
kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jambatan air didirikan.
Tempat-tempat yang tinggi, begitu juga, mendapat jatah air.
Orang-orang Arab
memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk
mengecek curah air,waduk dibuat untuk konservasi. Pengaturan hidrolik itu
dibangun dengan memperkenalkan roda air, asal persia yang dinamaka na’urah. Di samping itu, orang-orang
Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan
taman-taman.
Industri, di samping
pertanian dan perdagangan juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Di antaranya adalah
tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar. Namun demikian,
pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan
gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman dan
taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota
Al-Zahra, istana Ja’fariyah di Saragossa, tembok Toledo, istana Al-Makmun,
masjid Seville, dan istana Al-Hamra di Granada[11]
1) Cordova
Cordova adalah ibukota
Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh
penguasa Muslim. Kota ini di bangun dan dipindah. Jembatan besar dibangun di
atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi
ibu kota Spanyol Islam. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di
seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik
pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan dipuncaknya
terpancar istana Damsik.
Di antara kebanggan
kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut Ibn Al-Dala’I terdapat 491 masjid
disana. Di samping itu ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat
pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan yang indah. Karena air sungai tak
dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yag
panjangnya 80 km.
2) Granada
Granada adalah tempat
pertahanan terakhir umat islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan
Arab dan pemikir islam. Posisi Cordova diambil oleh Granada di masa-masa akhir
kekuasaan Islam di spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di
seluruh Eropa. Istana AL-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak
ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu di kelilingi taman-taman yang
tidak kalah indahnya.Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa di perpanjang dengan kota istana
Al-Zahra, istana Al-Gasar, menara Girilda, dan lain-lain[12]
D. Penyebab Kemunduran Dan Kehancuran
1. Munculnya Khalifah-Khalifah
Lemah
Keadaan negara yang setabil dan penuh kemajuan
ini tidak bertahan lagi setelah Hakam II wafat dan digantikan Hisyam II yang
baru berusia sebelas tahun. Dalam usia yang sangat muda ini ia harus memikul
tanggungjawab yang amat besar karena tidak mampu mengendalikan roda
Pemerintahan, jalannya pemerintahan dikendalikan oleh ibunya dengan dibantu
oleh Muhmad ibnu Abi Umar yang bergelar Hajib Al-Mansyur yang ambisius dan haus
kekuasaan. Ketika Al Mansyur wafat ia diganti oleh anaknya yaitu Abd malik Al
Muzaffar dan pengganti Al Muzaffar adalah Abd Rohman, penguasa yang tidak punya
kecakapn, gemar berpoya poya ia idak disenangi rakyatnya, sehingga Negara
menjadi tidak setabil dan lambat laun mengalami kemunduran[13]
2.
Konflik Islam dengan
Kristen
Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka
sudah merasa puas dengan menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka
mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional,
asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran umat Arab memperkuat
rasa kebangsaan orang-orang Spanyol kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan
negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam
dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat,
sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina
perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang sangat memberatkan dan mempengaruhi
kondisi politik dan militer.
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan
perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani
Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang
merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Issabella, di
antaranya juga disebabkan permasalahan ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah berakhir periode Klasik Islam, ketika Islam
mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya.
Kebangkitan itu bukan hanya terlihat pada bidang politik dengan keberhasilan
Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan tegnologi. Bahkan, keberhasilan ilmu
pengetahuan dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya.
Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari
pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Islam di Spanyol Eropa banyak menimba ilmu.
Pada periode klasik,
ketika Islam mencapai masa keemasannya, menyaingi Baghdad di timur. Ketika itu, orang-orang Kristen Eropa
banyak belajar di perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi guru bagi orang
Eropa. Karena itu kehadiran Islam di Spanyol banyak membantu perkembangan
orang-orang Eropa.
DAFTAR
PUSTAKA
As-Sirjani, Raghib. Sumbangan
Peradaban Islam Pada Dunia, Pustaka Al-Kautsar. Jakarta Timur. 2011
Fakhri, Majid. Sejarah Filsafat Islam. Jakarta : Pustaka Jaya, 1986.
Munir, Samsul M.A. Sejarah Peraban Islam. Amzah. Jakarta. 2009
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : Pustaka Setia, 2008.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II. Jakarta : PT Grafindo, 2008.
[9] Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta
Timur : Pustaka Al-Kautsar, 2011, h. 780
5-In-10 Urban Titanium Bars - Titsanium Art
BalasHapusUrban titanium bars at a bar have long been popular on the patio. We titanium trim hair cutter reviews now offer an affordable and affordable way titanium plumbing to get titanium hip you a titanium security drink with ceramic vs titanium a great price and