Sabtu, 22 Oktober 2016

MAKALAH ISLAM DI ANDALUSIA PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DAN KEMUNDURAN ISLAM DI ANDALUSIA

ISLAM DI ANDALUSIA PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DAN KEMUNDURAN ISLAM DI ANDALUSIA

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu dalam Mata Kuliah‘Sejarah Peradaban Islam

75
 








Disusunoleh :
Dede Fatchuroji


JURUSAN PAI / 1

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2016








KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, izinkan penulis memanjatkan rasa syukur yang mendalam kepada Allah SWT yang senantiasa membukakan pikiran dan hati untuk terus berjuang dalam menegakakan agama-Nya serta makalah yang membahas tentang Islam Di Andalusia Perkembangan Peradaban Islam Dan Kemunduran Islam Di Andalusia, dapat penulis selesaikan. Shalawat serta salam tak pernah putus kita sampaikan kepada pimpinan sekaligus guru peradaban dunia Nabi Muhammad SAW yang banyak memberikan keteladanan dalam berfikir dan bertindak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak dan rekan-rekan yang membantu penulis dalam memberikan masukan dan pendapat terhadap makalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kepada para pembaca dan para pakar di mohon saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah dan guna meningkatkan kualitas dari makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, masyarakat dan bangsa.

Serang, 15 April 2016

Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A.     Latar Belakang........................................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan..................................................................................................... 1
BAB II ISLAM DI ANDALUSIA PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DAN KEMUNDURAN ISLAM DI ANDALUSIA....................................................................................................................... 2
A.     Sejarah Singkat Masuknya  Islam Di Andalusia................................................. 2
B.     Perkembangan Islam Di Spanyol.......................................................................... 3
C.    Kemajuan Peradaban Islam Di Andalusia.......................................................... 9
D.    Penyebab Kemunduran Dan Kehancuran ........................................................  14
BAB III PENUTUP............................................................................................................. 17
A.     SIMPULAN............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dengan pemeluk terbesar di dunia. Islam pernah mengalami masa-masa keemasan dengan menguasai wilayah tiga perempat bumi ini. Salah satu wilayah yang dikuasai orang Islam yaitu Spanyol (Andalusia). Wilayah yang membuat Islam dikenal di dunia Barat. Wilayah yang mempengaruhi negara-negara eropa menjadi maju.
Keberadaan Islam di Spanyol bermula saat Musa mengutus Tharif bin Ziyad untuk memasuki wilayah jabal thariq pada tahun 711 M. Pada tahun 713 M Seville dapat ditaklukkan dan Musa Bin Nushair pun di panggil pulang ke Damaskus untuk mendapatkan penghargaan atas usahanya. Dalam berbagai hal, Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di Spanyol, yaitu dalam bidang Sains, Fiqh, Filsafat, Kesenian, dan sastra. Hal ini diraih selama 7 abad yaitu abad ke 8 – 15 M.
Namun, sebuah peradaban akan selalu mengalami pasang surut. Begitu juga Islam di Spanyol. Ada berbagai hal yang membuat peradaban Islam di Spanyol mengalami keruntuhan. Namun keruntuhan Islam di Spanyol memberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap kemajuan Eropa. 

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana masuknya Islam dan perkembangannya di Spanyol ?
2.      Apa saja kemajuan yang dicapai oleh Islam selama berada di Spanyol ?
3.      Apa penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol ?
C.    Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu
1.      Untuk mengetahui masuknya Islam dan perkembangannya di Spanyol
2.      Untuk mengetahui kemajuan yang dicapai oleh Islam selama berada di Spanyol ?
3.      Untuk mengetahui kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol


BAB II
ISLAM DI ANDALUSIA PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DAN KEMUNDURAN ISLAM DI ANDALUSIA

A.    Sejarah Singkat Masuknya  Islam Di Andalusia
Sebelum menaklukkan Spanyol, umat Islam terlebih dahulu menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada zaman Khalifah Abdul Malik (685 – 705 M). Afrika Utara dipimpin oleh seorang gubernur, yaitu Husna Ibn Nu’man, kemudian diganti oleh Musa bin Nusyair. Tampaknya, tujuan umat Islam menguasai Afrika Utara adalah membuka jalan untuk mengadakan ekspedisi lebih besar ke Spanyol, karena dari Afrika Utara itulah, ekspedisi ke Spanyol lebih mudah dilakukan.
Ekspedisi umat Islam ke Spanyol terjadi pada masa Al – Walid menjabat menjadi Khalifah (705 – 715 M). Al – Walid mengijinkan gubernurnya untuk mengirimkan pasukan militer ke Spanyol. Pada awalnya, Musa bin Nusyair mengutus Tharif bin Malik untuk memimpin pasukan ekspedisi yang bertujuan menjajagi daerah – daerah sasaran. Musa bin Nusyair menugaskan Thariq bin Ziyad memimpin 7.000 pasukan. Tentara tersebut sebagian besar terdiri dari orang Barbar. Pada tahun 711M, Thariq berlayar melalui laut tengah menuju daratan Spanyol dan berhasil mendarat di sebuah bukit yang kemudian diberi nama Gibraltar ( Jabal Thariq ).
Ketika Roderik mengetahui bahwa Thariq dan pasukannya telah memasuki negeri Spanyol, ia mengumpulkan pasukan penangkal sejumlah 25.000 tentara. Mengetahui jumlah musuh yang jauh berbeda, Thariq meminta bantuan kepada Musa bin Nusyair, akhirnya Thariq mendapat tambahan pasukan sebanyak 12.000 tentara.
Pada hari minggu tanggal 18 juli 711 M, kedua pasukan bertemu di danau janda dekat mulut sungai Barbate. Pertempuan berlangsung selama 8 hari dan kemenangan berada dipihak Thariq. Tentara Thariq dalam pertempuran itu mendapat bantuan dari tentara Roderik yang membelot, Thariq kemudian melanjutkan penaklukan ke Toledo. Kemudian Archidona dan Granada dapat ditundukkan, dan satu detasemen yang dipimpin oleh Mughir Ar – Rumi dapat menaklukkan kota Cordova yang kemudian dijadikan ibu kota pemerintahan Islam.
Kedatangan Islam sudah tentu membawa kultur baru yang memperkaya Spanyol pada umumnya. Oleh karena itu, akhirnya Spanyol (Andalusia) menjadi salah satu pusat peradaban dunia, mengimbangi kejayaan Dinasti Umayyah di Damsyik (Damaskus) dan Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Tak salah apabila di katakan Andalusia turut berperan merintis jalan menuju zaman Renaisans di Eropa.
Setelah Spanyol dan kota – kota pentingnya jatuh ke tangan Umat Islam, sejak saat itu secara politik Spanyol berada di bawah kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dan untuk memimpin wilayah baru tersebut, pemerintah pusat yang berpusat di Damaskus mengangkat seorang wali ( gubernur ).
Dalam melakukan ekspansi di Spanyol, umat Islam dapat dengan mudah meraih kemenangan sehingga dalam kurun waktu yang relatif singkat, umat Islam dapat menguasai Spanyol. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi umat Islam atas penguasaan di Spanyol.
Pertama, sikap penguasa Ghotic - sebutan lazim kekuasaan Visighotie yang tidak toleran terhadap aliran agama yang berkembang saat itu. Penguasa Visighotie memaksakan aliran agamanya kepada masyarakat. Penganut aliran Yahudi yang merupakan aliran terbesar dari masyarakat Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen, dan mereka yang tidak bersedia akan disiksa dan dibunuh.
Kedua, perselisihan antara raja Roderick dan Witiza (wali kota Toledo), di satu pihak dan ratu Julian di pihak lain. Oppas dan Achila, kakek dan anak Witeza, menghimpun kekuataan untuk menjatuhkan Roderick, bahkan berkoalisi dengan kaum muslimin di Afrika Utara. Demikian pula, Ratu Julian, ia bahkan memberi pinjaman 4 buah kapal yang di pakai oleh Tharif, Thariq dan Musa.
Ketiga, faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah bahwa tentara Roderick tidak mempunyai semangat perang.[1]

B.     Perkembangan Islam Di Spanyol
  Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol, hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode[2], yaitu:
1.      Periode Pertama ( 711 – 755 M)
Pada masa ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan– gangguan masih sering terjadi baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elit penguasa, terutama akibat dari perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing – masing mengaku bahwa, merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol. Oleh karena itu terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungan dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar ala Afrika Utara dan Arab.
Di dalam etnis Arab sendiri, terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara) dan suku Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering kali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada Gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa – sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah – daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan dibidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd Al – Rahman Al – Dakhil ke Spanyol pada tahun 138/755 M[3].
2.      Periode Kedua ( 755 – 912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seseorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk pada pemerintahan Islam ketika itu di pegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I, yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbasiyah, ketika Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya ia berhasil mendirikan Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa – penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd Al–Rahman Al–Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd Al – Rahman Al – Autsath, Muhammad ibn Abd Al – Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad. Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan – kemajuan, baik dalam bidang politik maupun peradaban. Abd Al Rahman Al Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah – sekolah di kota – kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakasai tentara bayaran di Spanyol.
Sedangkan Abd Al-Rahman Al-Ausath dikenal sebagai pemimpin yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Ausath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan seringkali terjadi. Pada pertengahan abad ke-9, stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan (Martyrdom). Namun, gereja kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintahan Islam mengembangkan pemerintahan bebas beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diperbolehkan mendirikan gereja baru, biara – biara di samping rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer.
Gangguan politik yang lebih serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu, sejumlah orang merasa tidak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting di antaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafsun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang – orang Barbar dan orang – orang Arab masih sering terjadi.[4]
3.      Periode Ketiga ( 9121013 M)
Pemerintahan ini dimulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk Al Thawaif. Pada periode ini, Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan gelar Khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa keadaan pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar Khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai sejak tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abdurrahman Al-Nasir (912 – 961 M), Hakam II (961 – 976 M), dan Hisyam II (976 – 1009 M).
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi kedaulatan Bani Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman Al Nasir mendirikan Universitas di Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran Khalifah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta ketika berusia 11 tahun. Pada tahun 981 M, khalifah menunjuk Ibn Abi ‘Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan – rekan dan saingan – saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya ia mendapat gelar Al Mansyur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya Al Muzaffar, yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memilki kualitas dalam jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M Khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang mencoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan Khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu[5]
4.      Periode Keempat ( 10131086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah lebih dari tiga puluh negara kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan Al Mulukth Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar di antaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada masa ini pemerintahan Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, salah satu pihak ada yang meminta bantuan pada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang Kristen pada masa ini mulai membuat inisiatif penyerangan. Meskipun, kehidupan politik tidak stabil, namun, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong pada sarjana dan sastrawan untuk mendapat perlindungan dari istana satu ke istana lain
5.      Periode Kelima ( 1086 – 1235 M )
Pada periode ini, Spanyol Islam walaupun masih terpecah dalam beberapa negara tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan kerajaan yang berpusat di Marakeys. Ia masuk ke Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negerinya dari serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan dikalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu.
Akan tetapi, penguasa-penguasa setelah Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M kekuasaan Dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun Di Spanyol dan digantikan oleh Dinasti Muwahhidun. Pada masa Dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal Dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa Dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tuwart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd Al Mun’im antara tahun 1115 dan 1154 M, kota-kota Muslim penting seperti Cordova, Almeria dan Granada jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi, tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen mendapat kemenangan besar di Las Navas de Tolesa.
Kekalahan-kekalahan Muwahhidun terhadap Kristen membuat Muwahhidun memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara pada tahun 1235M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam keadaan demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan umat Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.[6]
6.      Periode Keenam ( 1232 – 1492 M)
Pada masa ini Islam berkuasa hanya di daerah Granada, di bawah Dinasti Bani Ahmar (1232-1492M). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti pada zama Abdurrahman Al-Nasir. Akan tetapi, secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir. Karena perselisihan orang – orang  istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammmad merasa tidak senang pada ayahnya, karena menunjuk anaknya yang lain yang menjadi penggantinya sebagai raja. Dia memberontak dan berusaha merebut kekuasaan.
Dalam pemberontakan itu ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad Ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Issablla untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja, Ferdinand dan Issabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas, keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang-orang Kristen tersebut dan akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Issabella, kemudian hjrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1429 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan pada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini[7]

C.    Kemajuan Peradaban Islam Di Andalusia
Dalam masa lebih dari tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan, pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
1.      Kemajuan Intektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam, barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberi saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra dan pembangunan fisik di Spanyol.
a.      Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahaman(832-886M).[8]
Atas inisiatif Al-Hakam (961-976M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari timur dalam jumlah besar. Sehingga Cordova dengan perpustakaan dan Universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin Dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa dan ia pindah ke Seville dan Granada. Meninggal karena keracunan di fez tahun 1138M dalam usia yang masih muda. Seperti Al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada, dan wafat pada usia lanjut tahun 1185M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu ibn Rusydi dari Cordova. Ia lahir pada tahun 1128 M dan meninggal tahu 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian antara filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh, karyanya adalah Bidayah al-Mujtahid.[9]
b.      Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, astronomi, kimia dan lain sebagainya juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam bidang kimia dan astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya An-Naqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menemukan waktu kapan terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Abbas ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan bint Abu Ja’far dan saudara perempuan Al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dalam kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi wilayah Islam bagian barat banyak melahirkan pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valensia (1145-1228M) menulis tentang negeri-negeri Muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Bathutah dari Tangier (1304-1377M) mencapai Samudera pasai dan Cina. Ibn Al-Khatib (1317-1374M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
c.       Fiqh
Dalam bidang fiqih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini adalah Ziyad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abdurrahamn. Ahli-ahli fiqih lainnya antara lain adalah Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id Al-Baluthi, dan Ibn Hazm yang terkenal.
d.      Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan penjamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya.ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya, baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e.       Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang mahir dan ahli berbahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al Garnathi.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti: Al-Iqd Al-farid karya Ibn Abd Rabbih, al-dzakirah fi mahasin ahl al-jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-qalaid buahkarya Al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain[10]

f.       Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru duperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jambatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, begitu juga, mendapat jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air,waduk dibuat untuk konservasi. Pengaturan hidrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air, asal persia yang dinamaka na’urah. Di samping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman.
Industri, di samping pertanian dan perdagangan juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar. Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman dan taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota Al-Zahra, istana Ja’fariyah di Saragossa, tembok Toledo, istana Al-Makmun, masjid Seville, dan istana Al-Hamra di Granada[11]
1)      Cordova
Cordova adalah ibukota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa Muslim. Kota ini di bangun dan dipindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan dipuncaknya terpancar istana Damsik.
Di antara kebanggan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut Ibn Al-Dala’I terdapat 491 masjid disana. Di samping itu ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yag panjangnya 80 km.

2)      Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir islam. Posisi Cordova diambil oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana AL-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu di kelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih  bisa di perpanjang dengan kota istana Al-Zahra, istana Al-Gasar, menara Girilda, dan lain-lain[12]

D.    Penyebab Kemunduran Dan Kehancuran
1.      Munculnya Khalifah-Khalifah Lemah
Keadaan negara yang setabil dan penuh kemajuan ini tidak bertahan lagi setelah Hakam II wafat dan digantikan Hisyam II yang baru berusia sebelas tahun. Dalam usia yang sangat muda ini ia harus memikul tanggungjawab yang amat besar karena tidak mampu mengendalikan roda Pemerintahan, jalannya pemerintahan dikendalikan oleh ibunya dengan dibantu oleh Muhmad ibnu Abi Umar yang bergelar Hajib Al-Mansyur yang ambisius dan haus kekuasaan. Ketika Al Mansyur wafat ia diganti oleh anaknya yaitu Abd malik Al Muzaffar dan pengganti Al Muzaffar adalah Abd Rohman, penguasa yang tidak punya kecakapn, gemar berpoya poya ia idak disenangi rakyatnya, sehingga Negara menjadi tidak setabil dan lambat laun mengalami kemunduran[13]
2.      Konflik Islam dengan Kristen
  Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran umat Arab memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.

3.      Kesulitan Ekonomi
    Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang sangat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

4.      Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Issabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini.

 BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Setelah berakhir periode Klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan hanya terlihat pada bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan tegnologi. Bahkan, keberhasilan ilmu pengetahuan dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya.
Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Islam di Spanyol Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, menyaingi Baghdad di timur. Ketika itu, orang-orang Kristen Eropa banyak belajar di perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi guru bagi orang Eropa. Karena itu kehadiran Islam di Spanyol banyak membantu perkembangan orang-orang Eropa.



 DAFTAR PUSTAKA

As-Sirjani,  Raghib. Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Pustaka Al-Kautsar. Jakarta Timur.  2011
Fakhri, Majid. Sejarah Filsafat Islam. Jakarta : Pustaka Jaya, 1986.
Munir, Samsul M.A. Sejarah Peraban Islam. Amzah. Jakarta. 2009
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : Pustaka Setia, 2008.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II. Jakarta : PT Grafindo, 2008.































































[1]Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Setia: 2008), hlm. 117-119.
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Grafindo Persada: , 2008.), hlm. 93
[3] Ibid.,94

[4] Ibid.,hlm. 96

[5] Ibid.,98
[6] Samsul Munir, Sejarah Peraban Islam. ( Jakarta: Amzah. 2009). 162

[7] Badri Yatim, Op.cit.,100
[8] Majid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Jaya), hlm 357.

[9] Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar, 2011, h. 780

[10] Ibid., hal, 103
[11] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Grafindo Persada: , 2008.), hlm. 104

[12] Ibid.,105
[13] Dedi Supriyadi, Op.cit.,124

1 komentar:

  1. 5-In-10 Urban Titanium Bars - Titsanium Art
    Urban titanium bars at a bar have long been popular on the patio. We titanium trim hair cutter reviews now offer an affordable and affordable way titanium plumbing to get titanium hip you a titanium security drink with ceramic vs titanium a great price and

    BalasHapus